Saturday, August 05, 2006

Pangkalpinang in my memory

Pangkalpinang adalah Ibukota Kabupaten Bangka waktu itu. Seingatku ketika berumur 4 tahunan yakni 1952 , pemerintahan di Bangka masih ada residen; wedana dan patih. Dan rumah besar didepan Lapangan Merdeka adalah tempat tinggal residen dan di lapangan bola itu segala kegiatan resmi pemerintah daerah dipusatkan. Sepanjang jalan Merdeka ini tumbuh pohon palem yg berbaris rapi dan sangat indah ketika merayakan hari² besar negara seperti 17 Agustus dll. Sering sepulang sekolah kami pergi ke lapangan ini untuk mencari pelepah pohon palem yg jatuh. Pelepah itu kami pakai bermain seluncuran dilapangan bola yg bertebing itu ...oh nikmatnya. Kami berebut dan bergantian untuk duduk dan yg lain menarik. Maklum anak² jaman tsb tidak ada yg memakai celana dalam sementara seluar pendeknya lebar maka bisa dibayangkan 'burung' kecil kami akan gampang terlihat oleh orang :))

Penduduknya kala itu sangat memungkinkan kita untuk bisa bertemu orang yg sama 3 kali dalam sehari. Artinya, saking renggangnya penduduk kota ini waktu itu. Penduduknya terdiri dari beberapa etnis seperti Melayu; Tionghoa; Arab dan Indo Belanda. Masa itu pergaulan sesama etnis sangat akrab tanpa melihat perbedaan keagamaan.

Friday, August 04, 2006

Masa kecilku

Seingat saya dulu ketika masih kanak², saya sangat gemar bermain diluar rumah. Hampir tiap sore saya masuk hutan melihat traktor besar membuka hutan. Pohon² besar bertumbangan dan membuat kami berteriak senang. Senang karena adakalanya pohon yg tumbang itu adalah pohon buah²an seperti buah kecapi; buah durian dll. Waktu itu saya masih tinggal di Pangkalpinang daerah Kampung Jawa. Rumah kami ditepi jalan itu sangat menyenangkan karena kalau pergi bermain cukup gampang utk tidak diketahui orangtua. Secara bertahap kamipun pindah dari Pangkalpinang ke Mentok; Belinyu; Pangkalpinang; Sungailiat; Pangkalpinang; Belinyu dan Toboali. Pindah² tsb karena orangtua yg berdinas di Biro Pembangunan dari PN Tambang Timah Bangka. Ketika di Belinyulah saya mulai berkenalan dengan permainan Badminton. Alangkah senangnya masa itu bisa memegang raket dan menepak bulu ayam. Memang ayah saya pemain Badminton yg handal tapi karena tubuh saya masih kecil jadi belum bisa memegang raket sang ayah karena tentunya akan mengenai lantai dan cacat. Nah sewaktu di Belinyu dimana rumah dinas orangtua saya cukup luas halamannya untuk bisa membuat lapang Badminton dan dihalaman itulah Abang saya mengajari saya bermain Badminton. Saya masih ingat ketika Abang sengaja mempermainkan saya dgn memberi bola lob ke belakang dan saya terpaksa mundur hingga jatuh terkangkang karena mundur tidak beraturan. Abang dan Papa saya yg menonton dari rumah tertawa sementara saya mulai berdiri untuk meneruskan permainan lagi. Dan dari sinilah saya mulai menekuni permainan ini hingga ketika saya pindah ke Pangkalpinang lagi saya mencari teman sebaya untuk memperlancar permainan saya. Sementara itu sayapun mulai melirik permainan sejenis yakni Tennis. Lagi² karena Papa saya yg all-round dalam berolahraga, beliau pun mengajak saya untuk terjun ke Tennis. Sebenarnya permainan ini ada perbedaan dalam cara mengayunkan tangan. Di Badminton caranya mempermainkan raket adalah dengan pergelangan tangan sedangkan di Tennis adalah dengan mengayunkan seluruh tangan. Jadi seperti kata pelatih Tennis saya waktu itu, Oom Wilhem Ferdinandez, jangan se-kali² mencampurkan kedua permainan ini pada waktu bersamaan.