Sunday, December 17, 2006

Mudik 2006

Setelah 12 tahun tidak berlebaran di tanah air maka tahun ini berkat izin ALLAH saya berkesempatan menikmati kembali gema takbir Iedulfitri 1427H di udara terbuka Jakarta. Perasaan bercampur baur pagi 1 Syawal itu ketika akan berangkat bersama kedua mertua ke Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru. Meskipun terjadi perbedaan merayakan Iedulfitri dikalangan ummat Muslim kali ini tapi itu semua tak mengurangi kegembiraan saya untuk menikmati suasana yg sempat 'hilang' itu. Menurut saudara² bahwa kota Metropolitan kali ini tidak banyak berkurang kemacetannya meski pada hari Raya, bisa jadi mereka yg mudik ke daerah menunda. Tapi bagi saya terasa kelegaan itu dibandingkan hari² sesudah lebaran yg dengan kegiatan rutinitas kota Jakarta. Saya sempat 'kalap' untuk menyantap penganan di mana saya temui dan pusat di jajan di Jakarta benar² menggoda siapapun apatah lagi orang seperti saya yg sejak doeloe tukang jajan. Untuk kekalapan saya itu terpaksa saya harus 'membayarnya' dgn terkapar 4 hari karena kena diarhee. Bayangkan sesudah memakan es cendol lalu tak lama kemudian menyantap es cincau dan kemudian es doger. Udara yg panas melepak di Ibukota hari itu sangat membuat saya tidak bisa menahan haus. Setelah beranjak sehat pelan² merayap lagi ke makanan kesukaan saya yakni gulai tunjang. Kawan yg baru saya kenal, hmm Direktur IPMI Jakarta menantang mau makan siang apa, begitu katanya. Dan tak pelak lagi, dendeng batokok dan gulai tunjang siang itu menjadi korban saya. Dan memang kedua lauk itu menendang ke lambung saya...alaaa mak sedapnya.
Ini semua belum seberapa ketika perjalan mudik saya diteruskan ke Ranah Minang dan serta tiba di Bandar Udara Internasional Minangkabau, saya langsung ditantang makan di rumah makan didaerah Tabing. Untuk supaya tidak 'ter-gesa²' perut saya dalam menikmati alam makanan di Ranah Minang jadi tidak serta merta disantap apa yg ketuju.
Ketika makan malam bersama Uda Darwinsjah kami sempat menggabungkan menu lama yakni sate padang dgn durian yg kami beli dipinggir jalan didekat warung sate tsb. Rasanya? udah deh...nggak usah diomongkan disini :))

Sunday, September 17, 2006

Perangko maniac

Semasa di Pangkalpinang, pertama kali saya tertarik akan perangko ketika membuka lemari penyimpanan arsip ayah dimana salah satu bundelan arsip tsb memuat album perangko yg masih kosong. Waktu itulah timbul keinginan untuk mencari perangko bekas. Masa itu untuk mendapatkan perangko bekas tidak mudah dan salah satu sumber yg cepat waktu itu dgn pergi kekantor pos dan 'mengais' di bak sampah melihat sampul surat kalau² ada perangko yg masih lekat. Dan memang sering saya temui perangko² dalam negri di sampul bekas tsb. Lama kelamaan timbul minat mencari perangko luar negri. Dan mulailah saya mencari orang² sekitar yg mempunyai hobi yg sama. Ternyata saya agak 'terlambat' dalam hobi ini. Karena banyak anak² sebaya dan yg lebih tua menyukai hobi ini dan inilah bagi saya meningkatkan hobi saya dgn mulai mengetahui letak dan status negara dari setiap perangko yg saya punyai. Salah satunya adalah dengan membuka atlas dan mencari nama negara perangko tsb. Misalnya waktu itu Hongkong masih dalam jajahan Inggris. Semakin kecil negara tsb dan susah mendapatkannya maka semakin berharga nilai perangko tsb. Salah satu mendapatkan perangko adalah dgn saling bertukar. Perangko Amerika adalah perangko yg nilainya sangat rendah bagi kami karena sangat mudah diperoleh. Sedangkan perangko yg dijajah Inggris spt Antigua atau Perancis misalnya: Togo, nah perangko² menjadi peminat keras antara kami waktu itu. Satu hal yg saya ingat bila pergi bertukar baik dengan teman yg sudah dikenal maupun belum dikenal tapi mempunyai hobi sama, harus ber-hati². Karena ada teman saya, dia seorang anak dokter yg gemar mencuri perangko lawannya ketika sedang lengah. Dan perangko curian tsb dimasukkannya ke celana pendek yg berlipat. Untung hal tsb tak pernah kulakukan atau aku pernah mengalami kecurian.
Satu hal lagi, untuk menambah koleksi perangko, saya kadang² memesan ke Toko perangko di Bandung yg sangat terkenal yakni "Venus Stores" yg terletak di Jl. Pasirkaliki.
Kini saya masih menyimpan perangko² itu walaupun tidak pernah melakukan tukar menukar lagi setelah puluhan tahun. Sekali hobi, mau dikemanakan kesukaan itu? wallahu 'alam.

Saturday, August 05, 2006

Pangkalpinang in my memory

Pangkalpinang adalah Ibukota Kabupaten Bangka waktu itu. Seingatku ketika berumur 4 tahunan yakni 1952 , pemerintahan di Bangka masih ada residen; wedana dan patih. Dan rumah besar didepan Lapangan Merdeka adalah tempat tinggal residen dan di lapangan bola itu segala kegiatan resmi pemerintah daerah dipusatkan. Sepanjang jalan Merdeka ini tumbuh pohon palem yg berbaris rapi dan sangat indah ketika merayakan hari² besar negara seperti 17 Agustus dll. Sering sepulang sekolah kami pergi ke lapangan ini untuk mencari pelepah pohon palem yg jatuh. Pelepah itu kami pakai bermain seluncuran dilapangan bola yg bertebing itu ...oh nikmatnya. Kami berebut dan bergantian untuk duduk dan yg lain menarik. Maklum anak² jaman tsb tidak ada yg memakai celana dalam sementara seluar pendeknya lebar maka bisa dibayangkan 'burung' kecil kami akan gampang terlihat oleh orang :))

Penduduknya kala itu sangat memungkinkan kita untuk bisa bertemu orang yg sama 3 kali dalam sehari. Artinya, saking renggangnya penduduk kota ini waktu itu. Penduduknya terdiri dari beberapa etnis seperti Melayu; Tionghoa; Arab dan Indo Belanda. Masa itu pergaulan sesama etnis sangat akrab tanpa melihat perbedaan keagamaan.

Friday, August 04, 2006

Masa kecilku

Seingat saya dulu ketika masih kanak², saya sangat gemar bermain diluar rumah. Hampir tiap sore saya masuk hutan melihat traktor besar membuka hutan. Pohon² besar bertumbangan dan membuat kami berteriak senang. Senang karena adakalanya pohon yg tumbang itu adalah pohon buah²an seperti buah kecapi; buah durian dll. Waktu itu saya masih tinggal di Pangkalpinang daerah Kampung Jawa. Rumah kami ditepi jalan itu sangat menyenangkan karena kalau pergi bermain cukup gampang utk tidak diketahui orangtua. Secara bertahap kamipun pindah dari Pangkalpinang ke Mentok; Belinyu; Pangkalpinang; Sungailiat; Pangkalpinang; Belinyu dan Toboali. Pindah² tsb karena orangtua yg berdinas di Biro Pembangunan dari PN Tambang Timah Bangka. Ketika di Belinyulah saya mulai berkenalan dengan permainan Badminton. Alangkah senangnya masa itu bisa memegang raket dan menepak bulu ayam. Memang ayah saya pemain Badminton yg handal tapi karena tubuh saya masih kecil jadi belum bisa memegang raket sang ayah karena tentunya akan mengenai lantai dan cacat. Nah sewaktu di Belinyu dimana rumah dinas orangtua saya cukup luas halamannya untuk bisa membuat lapang Badminton dan dihalaman itulah Abang saya mengajari saya bermain Badminton. Saya masih ingat ketika Abang sengaja mempermainkan saya dgn memberi bola lob ke belakang dan saya terpaksa mundur hingga jatuh terkangkang karena mundur tidak beraturan. Abang dan Papa saya yg menonton dari rumah tertawa sementara saya mulai berdiri untuk meneruskan permainan lagi. Dan dari sinilah saya mulai menekuni permainan ini hingga ketika saya pindah ke Pangkalpinang lagi saya mencari teman sebaya untuk memperlancar permainan saya. Sementara itu sayapun mulai melirik permainan sejenis yakni Tennis. Lagi² karena Papa saya yg all-round dalam berolahraga, beliau pun mengajak saya untuk terjun ke Tennis. Sebenarnya permainan ini ada perbedaan dalam cara mengayunkan tangan. Di Badminton caranya mempermainkan raket adalah dengan pergelangan tangan sedangkan di Tennis adalah dengan mengayunkan seluruh tangan. Jadi seperti kata pelatih Tennis saya waktu itu, Oom Wilhem Ferdinandez, jangan se-kali² mencampurkan kedua permainan ini pada waktu bersamaan.